Artikel dalam blog ini adalah karya asli penulis. Beberapa artikel pernah penulis unggah diblog yang lain sebelumnya, yang pada saat ini blog tersebut telah penulis hapus. Disamping itu, sebagian juga merupakan pindahan tulisan dari web geo.fis.unesa.ac.id mengingat keterbatasan space pada web tersebut. Pembaca diijinkan untuk menyitir artikel dalam blog ini, tetapi wajib mencantumkan nama blog ini sebagai sumber referensi untuk menghindari tindakan plagiasi. Terimakasih

Monday, November 10, 2014

Atmosfer bumi tidak selamanya transparan



Kalau kita melihat ke angkasa, nampak beberapa bagian jernih kebiruan sementara sebagian lainnya mungkin tertutup awan. Keadaan seperti itu adalah satu contoh bahwa atmosfer bumi tidak selalu dalam keadaan transparan. Apa yang kita lihat diangkasa tersebut adalah satu bagian dari efek ruang panjang gelombang yang terganggu oleh berbagai gangguan atmosferik seperti awan tadi.
Transparansi atmosfer sangat penting dipahami dalam penginderaan jauh. Transparansi atmosfer ini dalam penginderaan jauh dipahami sebagai jendela atmosfer (dalam tulisan ini selanjutnya saya akan menggunakan istilah jendela atmosfer). Jika di angkasa kita lihat ada awan, itu artinya bahwa perjalanan cahaya (lebih tepatnya adalah gelombang elektromagnetik) sebagian “terhalang” oleh awan itu. Terhalang di sini dalam konsep penginderaan jauh dipahami dengan peristiwa penyerapan atau hamburan dari gelombang elektromagnetik tersebut . Gelombang elektromagnetik sebagian diserap oleh partikel air, uap air atau kristal es dan lain-lainnya (silakan baca : Partikel atmosferik yang dapat berpengaruh terhadap kualitas citra satelit) untuk penguapan. Sebagian lagi dihamburkan karena secara alamiah gelombang elektromagnetik dapat terpantul secara acak oleh partikel-partikel atmosferik tersebut. Oleh karena itu gelombang elektromagnetik yang datang dari sumbernya (matahari) ataupun yang kembali menuju sensor tidak seluruhnya dapat mencapai tujuan.
Peristiwa langit yang berwarna biru itu adalah bukti bahwa telah terjadi penghamburan panjang gelombang biru oleh molekul-molekul rayleigh. Hamburan ini terjadi pada lapisan awan tinggi karena keberadaan molekul rayleigh tersebut berada pada lapisan awan yang tinggi (silakan baca : Gangguan atmosferik yang dapat berpengaruh terhadap kualitas citra satelit). Sementara itu, jika terdapat awan, maka awan terlihat putih. Hal ini dikarenakan oleh hamburan oleh partikel awan secara acak terhadap seluruh panjang gelombang tampak (biru hingga merah). Hamburan ini dikenal dengan istilah hamburan non selektif (non selective scattering), dimana seluruh panjang gelombang dengan "tidak pandang bulu" akan dihamburkan oleh partikel awan tersebut. Akibatnya seluruh panjang gelombang itu membaur dan memberikan efek warna putih di mata kita. Sebaliknya, jika partikel awan terdiri dari uap air yang memiliki ukuran butir lebih besar jadi panjangnya sebuah gelombang elektromagnetik seperti embun atau kristal es, maka yang terjadi adalah proses penyerapan. Sebagian besar gelombang elektromagnetik tersebut akan diserap sehingga tidak ada yang berhasil menembus awan tersebut. Efek yang terlihat oleh mata kita adalah gumpalan warna hitam seperti mendung di angkasa yang sering kita lihat itu.

Sumber gambar : Liang, 2002
 Jendela atmosfer dalam konsep penginderaan jauh tidak terbatas pada rentang panjang gelombang tampak seperti uraian di atas, namun diperluas hingga mencapai rentang gelombang infra merah jauh dan radar. Dalam rentang yang panjang tersebut, uap air, karbon dioksida dan oksigen merupakan agen utama “penghalang” perjalanan panjang gelombang. Uap air adalah agen penghalang dominan dibanyak tempat seperti pada kisaran panjang gelombang 1400nm, 1800nm, dan 2500nm. Pada kisaran tersebut atmosfer tidak dapat tertembus karena panjang gelombang terserap oleh uap air tersebut. Gas CO2 dominan sebagai penghalang pada kisaran 1,4µm dan 2µm. Pada kisaran tersebut panjang gelombang mengalami gangguan sehingga tidak dapat mencapai permukaan bumi secara keseluruhan. Sementara itu, pada gelombang pendek (Ultra Violet / UV) permukaan bumi dilindungi oleh Ozone (O3) (Subhanallah....., sungguh segala penciptaan-Mu tidak ada yang sia-sia).
Setiap satelit selalu memanfaatkan celah atmosfer tersebut untuk perolehan datanya. Beberapa sensor satelit seperti MODIS bahkan menggunakan rentang-rentang yang sempit yang dipilih pada celah-celah jendela atmofer tersebut sehingga diperoleh suatu citra hiperspektral. Sementara itu citra satelit seri Landsat menggunakan jendela atmosfer pada panjang gelombang tampak hingga sedikit perluasannya hingga infra merah thermal.


Liang, S., 2002. Atmospheric correction of optical remote sensed imagery. Bhan presentasi pada APEIS Capacity Building Workshop on Integrated Environmental Monitoring of Asia-Pacific Region. Beijing. China.